Inilah 5 Budaya Toraja yang Menarik Banyak Wisatawan Asing

TONDOK TORAYA - Sulawesi Selatan memiliki banyak destinasi wisata yang menawan, salah satunya adalah Tana Toraja. Daerah ini terkenal dengan keindahan alamnya yang memesona, serta kebudayaan yang unik dan kaya akan tradisi. 

Budaya Toraja yang Menarik Banyak Wisatawan

Banyak wisatawan asing yang tertarik untuk mengunjungi Toraja dan menyaksikan langsung budaya Toraja yang masih terjaga hingga kini. Apa saja Budaya Toraja yang Menarik Banyak Wisatawan Asing ?Simak ulasan berikut ini.

1. Rambu Solo', Tradisi Pemakaman Megah dan Meriah


Rambu Solo' adalah salah satu tradisi paling terkenal dari suku Toraja. Tradisi ini adalah upacara pemakaman yang digelar untuk menghormati dan mengantar arwah orang yang meninggal menuju alam akhirat. Rambu Solo' tidak dilakukan secara sederhana, melainkan dengan megah dan meriah. Upacara ini bisa berlangsung selama beberapa hari, bahkan minggu, tergantung dari status sosial keluarga yang mengadakannya.

Dalam upacara Rambu Solo', ada banyak ritual yang dilakukan, seperti pertunjukan seni, adu kerbau, pemberian sesaji, hingga penguburan jenazah. Jenazah yang akan dimakamkan biasanya sudah disimpan dalam rumah selama beberapa waktu, bahkan tahun, sebelum upacara dimulai. 
 
Jenazah dianggap sebagai orang sakit yang masih hidup, sehingga masih diberi makan, minum, dan perawatan. Jenazah baru dianggap meninggal setelah upacara Rambu Solo' selesai.

Banyak wisatawan asing yang penasaran dengan tradisi Rambu Solo' ini. Mereka ingin melihat sendiri bagaimana proses pemakaman yang berbeda dari kebanyakan budaya lain. Mereka juga ingin merasakan suasana upacara yang penuh dengan nuansa mistis dan sakral. 
 
Namun, untuk bisa menghadiri upacara Rambu Solo', wisatawan asing harus mendapatkan izin dari keluarga yang mengadakannya, serta mengikuti aturan dan etika yang berlaku.

2. Tinggoro Tedong, Tradisi Penyembelihan Kerbau dengan Satu Tebasan


Tinggoro Tedong adalah tradisi yang juga berkaitan dengan upacara Rambu Solo'. Tradisi ini adalah proses penyembelihan kerbau yang dilakukan dengan cara menebas leher kerbau dengan satu kali tebas saja, menggunakan parang Toraja. 
 
Kerbau yang disembelih adalah hewan yang sudah dipilih dan disiapkan oleh keluarga yang mengadakan upacara. Jumlah kerbau yang disembelih bisa mencapai puluhan, bahkan ratusan, tergantung dari kemampuan dan keinginan keluarga.

Menurut kepercayaan leluhur orang Toraja, kerbau adalah hewan tunggangan bagi arwah orang yang meninggal untuk menuju alam akhirat. Semakin banyak kerbau yang disembelih, semakin cepat dan mulus perjalanan arwah tersebut. Selain itu, kerbau juga menjadi simbol status sosial dan kekayaan keluarga. Daging kerbau yang disembelih kemudian dibagikan kepada para tamu dan masyarakat yang hadir dalam upacara.

Tradisi Tinggoro Tedong mungkin terlihat sadis dan kejam bagi sebagian orang, terutama yang tidak terbiasa melihat darah dan penyembelihan hewan. Namun, bagi wisatawan asing yang berjiwa petualang dan penasaran, tradisi ini justru menjadi daya tarik tersendiri. 
 
Mereka ingin menyaksikan kepiawaian dan keberanian orang Toraja dalam menebas kerbau dengan satu kali tebas. Mereka juga ingin merasakan sensasi melihat kerbau-kerbau yang berlumuran darah dan mengaum kesakitan.

3. Kuburan Batu, Kuburan Gantung, dan Kuburan Pohon, Tempat Peristirahatan Terakhir yang Unik


Selain upacara pemakaman, tempat peristirahatan terakhir orang Toraja juga memiliki keunikan tersendiri. Ada beberapa jenis kuburan yang bisa ditemukan di Tana Toraja, seperti kuburan batu, kuburan gantung, dan kuburan pohon. 
 
Kuburan batu adalah kuburan yang dibuat di dalam tebing batu yang berlubang. Kuburan gantung adalah kuburan yang dibuat di atas tebing batu dengan menggunakan tali rotan atau besi. Kuburan pohon adalah kuburan yang dibuat di dalam batang pohon yang sudah dilubangi.

Kuburan-kuburan ini biasanya digunakan untuk menguburkan orang dewasa yang sudah menikah. Namun, ada juga kuburan khusus untuk bayi atau anak kecil yang belum berusia enam tahun. 
 
Kuburan ini disebut kuburan pattane, yaitu kuburan yang dibuat di dalam batang pohon tarra yang masih hidup. Kuburan ini dianggap sebagai tempat yang cocok untuk bayi atau anak kecil yang belum memiliki dosa, sehingga bisa tumbuh bersama dengan pohon tarra.

Banyak wisatawan asing yang tertarik untuk mengunjungi kuburan-kuburan unik ini. Mereka ingin melihat langsung bagaimana cara orang Toraja menghormati dan merawat leluhur mereka yang sudah meninggal. 
 
Mereka juga ingin mengagumi keindahan dan keunikan arsitektur kuburan yang dibuat dengan penuh seni dan kreativitas. Beberapa situs kuburan yang populer di kalangan wisatawan asing adalah Kete Kesu, Lemo, dan Londa.

4. Rampanan Kapa, Pernikahan Adat yang Megah dan Sakral


Rampanan Kapa adalah tradisi pernikahan adat suku Toraja yang juga tidak kalah menarik untuk disaksikan. Tradisi ini adalah upacara yang digelar untuk menyatukan dua insan yang saling mencintai dalam ikatan suci pernikahan.
 
Rampanan Kapa tidak hanya melibatkan kedua mempelai, tetapi juga keluarga besar, kerabat, tetangga, dan masyarakat sekitar. Upacara ini bisa berlangsung selama beberapa hari, bahkan minggu, tergantung dari kesepakatan kedua belah pihak.

Dalam upacara Rampanan Kapa, ada banyak ritual yang dilakukan, seperti pemberian mas kawin, pemberian sirih pinang, pemberian beras kuning, pemberian kain tenun, pemberian perhiasan, pemberian kerbau, hingga pemberian rumah. 
 
Semua pemberian ini merupakan simbol penghargaan, penghormatan, dan pengharapan bagi kedua mempelai. Selain itu, ada juga pertunjukan seni, tarian, dan musik yang menghibur para tamu dan masyarakat yang hadir.

Banyak wisatawan asing yang ingin menghadiri upacara Rampanan Kapa ini. Mereka ingin melihat bagaimana cara orang Toraja merayakan cinta dan pernikahan dengan penuh kebahagiaan dan kesakralan. Mereka juga ingin merasakan suasana upacara yang penuh dengan warna dan keceriaan. 
 
Namun, untuk bisa menghadiri upacara Rampanan Kapa, wisatawan asing harus mendapatkan undangan dari keluarga yang mengadakannya, serta mengikuti aturan dan etika yang berlaku.

5. Mantunu Tedong, Tradisi Pemotongan Tanduk Kerbau


Mantunu Tedong adalah tradisi yang berkaitan dengan kerbau, hewan yang sangat dihormati oleh suku Toraja. Tradisi ini adalah proses pemotongan tanduk kerbau yang sudah mati atau disembelih dalam upacara adat. 
 
Tanduk kerbau yang dipotong kemudian dipasang di dinding rumah tongkonan, yaitu rumah adat suku Toraja yang memiliki atap melengkung. Tanduk kerbau yang dipasang di rumah tongkonan merupakan simbol status sosial dan kekayaan keluarga yang tinggal di sana.

Tradisi Mantunu Tedong biasanya dilakukan setelah upacara Rambu Solo' selesai. Tanduk kerbau yang dipotong biasanya memiliki ukuran yang besar dan panjang, menunjukkan bahwa kerbau tersebut adalah kerbau yang berkualitas dan berharga. 
 
Tanduk kerbau yang dipotong kemudian dibawa ke rumah tongkonan dengan cara diarak atau diangkut menggunakan kendaraan. Tanduk kerbau yang dibawa ke rumah tongkonan harus disertai dengan pemberian sesaji, seperti beras, telur, dan sirih pinang.

Banyak wisatawan asing yang terpesona dengan tradisi Mantunu Tedong ini. Mereka ingin melihat bagaimana cara orang Toraja memotong tanduk kerbau dengan hati-hati dan rapi. 
 
Mereka juga ingin melihat bagaimana cara orang Toraja memasang tanduk kerbau di dinding rumah tongkonan dengan penuh hormat dan bangga. Beberapa tempat yang populer untuk melihat tradisi Mantunu Tedong adalah Kete Kesu, Palawa, dan Bori.

Tips untuk Mengunjungi Tana Toraja dan Menyaksikan Budaya Toraja

Setelah mengetahui beberapa budaya Toraja yang menarik banyak wisatawan asing, mungkin Anda juga tertarik untuk mengunjungi Tana Toraja dan menyaksikan langsung budaya Toraja. Namun, sebelum Anda berangkat, ada beberapa tips yang perlu Anda perhatikan, antara lain:
  • Pilih waktu yang tepat untuk mengunjungi Tana Toraja. Waktu yang paling baik untuk mengunjungi Tana Toraja adalah pada bulan Juli hingga September, karena pada bulan-bulan ini biasanya banyak upacara adat yang digelar, terutama Rambu Solo'. Selain itu, cuaca juga lebih bersahabat dan tidak terlalu hujan.
  • Siapkan anggaran yang cukup untuk mengunjungi Tana Toraja. Mengunjungi Tana Toraja membutuhkan biaya yang tidak sedikit, terutama jika Anda ingin menghadiri upacara adat. Anda harus membayar tiket masuk ke beberapa situs wisata, menyewa kendaraan atau pemandu wisata, menginap di hotel atau penginapan, serta memberikan sumbangan atau hadiah kepada keluarga yang mengadakan upacara adat.
  • Hormati dan ikuti aturan yang berlaku di Tana Toraja. Tana Toraja adalah daerah yang masih sangat menjunjung tinggi adat dan tradisi leluhurnya. Oleh karena itu, Anda harus menghormati dan mengikuti aturan yang berlaku di sana, seperti berpakaian sopan, tidak mengambil foto tanpa izin, tidak mengganggu jalannya upacara adat, tidak menyentuh atau merusak benda-benda yang ada di situs wisata, dan lain-lain.
  • Nikmati dan pelajari budaya Toraja dengan hati terbuka. Tana Toraja memiliki budaya yang sangat berbeda dengan kebanyakan budaya lain. Anda mungkin akan melihat hal-hal yang aneh, mengejutkan, atau bahkan menakutkan. Namun, jangan langsung menilai atau menghakimi budaya Toraja dengan sudut pandang Anda sendiri. Cobalah untuk menikmati dan mempelajari budaya Toraja dengan hati terbuka, serta menghargai keunikan dan kekayaan budaya Toraja.

Post a Comment for "Inilah 5 Budaya Toraja yang Menarik Banyak Wisatawan Asing"