Mengenal Cerita Rakyat Toraja Eran di Langi dan Maknanya

Cerita Rakyat Toraja Eran di Langi - Mungkin saat ini suku Toraja sudah jarang menceritakan tentang sejarah perkembangan aluk sanda pitunna. Namun kali ini kita akan membahas atau mencaritakan ulang bagaimana kisah Eran di Langi.

Dimana info ini sudah di rangkum dari beberapa sumber yang kembali kita buat ulang, Oleh keran itu Tondok Toraya memberikan Anda infomarmasi ini berdasarkan sumber terpercaya.

Mengenal Cerita Rakyat Toraja Eran di Langi


Konon aluk sanda pitunna dibawah oleh “pong mula tau” (manusia pertama menurut versi Toraja) yang turun dari kayangan dan menetap di daerah bamba puang . Tempatnya di sekitar daerah kotu, desa lakawan (kabupaten Enrekang) 
 
kemudian aluk sanda pitunna itu tidak dipedulikan lagi, bahkan dilanggar dan diperkosa oleh keturunan pong mula tau. 
 
Mereka mulai bertindaak dan mengikuti nafsu serahkanya, cakar mencakar, kutuk mengukuti seorang terhadadap yang lain.

Dalam Bahasa Toraja di Katakan :

neneqmi ade sitampakan ropu sisapuan pala' 
(kutuk mengutuki seorang dengan yaang lain)

Siseru bi'tik sirumbe takia'
(rampas merampas dengan mempergunakan kekuatan badan)

Untengkai kalok alukna rampanan kapa' untodo tinting pemalinna passulean allo
(melanggar semua adat istiadat perkawinan beserta pantangan pantangannya)

Maka terjadilah semacam ”chaos” yang memuncak dengan tindakan najis dan penghianatan yang dilakukan oleh londong di rura bersama isterinya sa’pang di galeto.

Diceritakan bahwa perkawinan atara bersaudara sepupu sekali, bersaudara sepupu dua kali,sepupu tiga kali, hanya di isinkan oleh puang matua sang pencipta sampai generasi ke 3 keturunan pong mula tau. 
 
Sesudah itu, mereka yang boleh saling mengawini, hanyalah mereka yang sudah berada pada tingkat hubungan bersaudara sepupu empat kali (bahkan menurut tominaa tato’ dena’) sampai sepupu lima kali masih dilarang oleh puang matua sang pencipta. 
 
Sejak itu orang yang bersepupuh 1 kali sampai 5 kali pantang karena dilarang oleh puang matua sang pencipta. Pelanggaran terhadap penggarisan itu akan berakibat mala petaka bagi manusia dan seluruh mahkluk hidup.

Konon terjadilah bahwa seorang yang bernama londong di rura bersama isterinya bernama saqpang di galeto yang mendiami lembah rura yang subur dan makmur, berada dalam keadaan yang serba berkelimpahan kaya raya. 
 
Mereka dikaruniai anak 8 orang, 4 orang pria dan 4 orang wanita dengan pendirian dan perhitungan supaya harta bendanya tiada terbagi kepada orang lain, Maka mereka memutuskan untuk mengadakan perkawinan antara kedelapan orang anak kandungnya itu, berpasang-pasangan seorang dengan yang lain. 
 
Untuk melaksanakan niatnya itu maka londong di rura mengirim seorang utusan ke seluruh daerah kediaman suku Toraja menemui para ahli adat untuk meminta restu dan sekaligus mengundang mereka untuk menghadiri pesta perkawinan itu.

Semua utusan itu kembali dan menyampaikan pesan bahwa tindakan mengawinkan orang bersaudara kandung,dalam bahasa toraja disebut.
 
“umpasirampanan kapa' to sangpatonian, umpasikulleasan passulean allo tosangtaran lolo”  
 
hanyalah di isinkan oleh puang matua sang pencipta antara anak kandung pong mula tau. orang yang bersaudara satu kali sampai sampai tiga kali sudah dilarang oleh puang matua sang pencipta.

Mendengar pesan para ahli adat itu, Londong di rura bersama anaknya sa'pang di galeto, tidak merasa puas lalu memutuskan untuk mengirim utusannya langsung menghadap puang matua sang pencipta.
 
utusan londong di rura iotu segera naik ke langit melalui “eran di langi” (tangga ke langit) sebuah tangga menurut tradisi konon berdiri tegak, puncaknya sampai ke lapis langit yang ke tujuh, tempat manusia turun naik pergi menghadap puang matua (TUHAN).
 
Yang sampai kini dikenal dengan nama bamba puang (secara harafiah  berati pintu gerbang Tuhan) maksudnya pintu gerbang tempat pergi mengahadap hadirat Tuhan pencipta alam dan semesta.

Diceritakan bahwa puang matua sang pencipta,memberikan kepada utusan londong di rura itu buah pinang, sebuah yang bulat utuh, sebuah yang terbalah dua,  sebuah yang dibelah empat dan sebuah lagi yang dibelah delapan, dengan pesan bahwa kembalinya ke bumi segera menanam buah buah pinang itu ke dalam tanah.
 
Apabilah buah pinang yang utuh itu bertumbuh , itu berarti bahwa orang yang bersaudara kandung itu dapat dikawinkan seorang dengan yang lain, apa bilah pinang yang dibelah dua yang tumbuh, maka itu berarti orang bersepupu satu kali dapat dikawinkan satu dengan yang lain. 
 
Apa bila yang di belah empat yang tumbuh, maka orang yang bersaudara sepupu empat kali dapat dikawinkan seorang dengan yang lain.

Pesan puang matua sang pencipta itu, segera dilaksanakan oleh londong di rura dengan harapan dan keyakinan bahwa hanyalah buah pinang yang utuh itu akan bertumbuh, sehingga rencananya pasti terkabul dan terlaksana.
 
”mempala' pala' bangrikiq langngan olo malabina' puang matua to kaubanan, apa inang puang matua ia tu penggarontosanna mintuq katonganan”
 
(manusia hanyalah merencanakan sesuatu dan memohon berkat Tuhan, lalu Tuhanlah yang menentukan segalah galahnya)

Konon dengan kekuasaan Tuhan sang pencipta, maka hanyalah buah pinang yang dibelah empat (dalam bahasa Toraja disebut kalosi di tepo) dan buah pinang yang dibelah jadi delapan disebut kalosi di sigi yang bertumbuh, sedangkan buah pinang yang utuh dan dibelah dua menjadi busuk dan menjadi busuk dalam tanah.

Kejadian itu sangat bertentangan dengan dengan angan angan dan keyakinan londong di rura bersama isterinya kalau yang akan tumbuh adalah yang utuh dan bukan yang sudah dibelah belah. 
 
Sebab itu londong di rura dan isterinya bersikeras untuk melaksanakan perkawinan antara ke delapan anak kandungnya.

Maka direncaanakanlah oleh londong di rura untuk melaksanakan upacara perkawinan antara anak anak kandungya itu dalam bentuk upacara “ma'buaa kasalle”(upacara syukuran tradisional yang tertinggi dalam tradisi suku Toraja).

Di undanglah semua pemuka pemuka adat diseluruh deaerah kediaman suku toraja untuk datang menghadiri dan meramaikan upacara itu. 

Terjadilah, ketika tiba hari pelaksannaanya murka dan laknat puang matua sang sang pencipta turun atas londong di rura sekeluarga bahakan bagi semua yang hadir dan bahkan sedasng menuju ke upacara ma'bua kasalle tersebut lengkap dengan busana dan perhiasann pesta yang mahal harganya.

Eran di langi pun ditumbangkan oleh puang matua, sehingga putuslah hubungan langsung antara manusia dengan puang matua. 
 
Lembah di rura pun ditenggelamkan ke dalam tanah dan musnahlah semua yang hadir dalam pesta meriah itu, bahkan yang sedang menuju ke pesta itu juga ikut musnah serta menjadi batu beserta hewan hewan yang mereka bawa.

Sejak itu perkawinan antara saudara kandung, sepupu satu kali sampai tiga kali menjadi pantang oleh suku Toraja. Itulah cerita atau mitos secara singkat tentang Rakyat Toraja Eran di Langi dan Maknanya. 

Kurre Sumanga'

Post a Comment for "Mengenal Cerita Rakyat Toraja Eran di Langi dan Maknanya"