Mangrara Banua, Ungkapan Syukur Rumah Tongkonan di Toraja

TONDOK TORAYA - Mangrara Banua merupakan tradisi unik berasal dari Toraja, dimana sekarang ini masih sangat dilestarikan dan memang ada sejak dulu khususnya bagi masyarakat asli suku Toraja. Tradisi unik dari Sulawesi Selatan ini mempunyai arti penting dan makna penting tersendiri.

Dimana jika membahas tradisi yang ada di Toraja tentu tak akan ada habisnya. T Toraja memang sebagian suku terkenal di Tanah Air kita, bahkan sebagian negara di dunia juga sudah tahu suku yang memiliki budaya menarik ini.
 
Ternyata populasi orang Toraja diperkirakan sekitar 1 juta jiwa dan 500 ribu diantaranya di Kabupaten Toraja Utara, Kabupaten Tana Toraja. Dimana sebagian besar orang Toraja memeluk agama Kristen. Sementara sebagian lagi menganut agama Islam dan kepercayaan animisme dikenal sebagai Aluk Todolo.

Artikel kali ini akan membahas mengenai tradisi unik dan Toraja yakni Mangrara Banua. Mungkin bagi sebagian orang belum tahu menahu akan tradisi unik Toraja ini. Maka dari itu, baca dan simak artikel kali ini.

Apa Itu Mangrara Banua ??

Mangrara Banua yang ada di Toraja merupakan upacara syukuran kebiasaan masyarakat  Toraja setelah menyelesaikan pembuatan rumah adat yaitu Tongkonan. Jadi dalam tradisi unik ini biasanya akan digelar oleh satu rumpun atau silsilah keluarga nantinya diadakan dengan meriah.


Hal ini salah satu adat Aluk Tidolo orang terdahulu Toraja. Dimana sebagai bentuk syukuran kepada Tuhan atas terbangunnya rumah Tongkonan. Terdapat keunikan dan keistimewaan dari tradisi Mangrara Banua ini.

Jadi setiap kali diadakan, semua keluarga dari Tongkonan bersukacita. Bisa diekspresikan melalui berbagai macam bentuk, pernak pernik yang mengisi Tongkonan, kostum digunakan tamu, tarian yang dipersembahkan, hingga hewan yang disembelih.

Dalam pelaksanaannya, tradisi Mangrara Banua diikuti beberapa kegiatan seperti diawali dengan Ma'Daga atau bisa disebut dengan acara pesta biasanya diisi oleh tarian. 
 
Kemudian Ma'Pairu atau menjamu tamu, serta Ma'Rumpung Bai atau kumpulkan babi guna dibagikan ke tamu undangan. Pada umumnya babi yang dikurbankan yakni 200 hingga 300 babi dan satu kerbau. Hewan tersebut nantinya akan dibagikan kepada para tamu dan warga kampung.

Tujuan Tradisi Mangrara Banua

Untuk tujuan adanya tradisi Mangrara Banua Toraja yakni sebagai upacara syukuran terbangunannya rumah Tongkonan. Namun sekarang, memiliki tujuan guna memperlihatkan strata atau kedudukan dalam suatu keluarga besar. 

Akan tetapi bukan berarti strata rendah tidak dapat melakukan. Bisa, namun biasanya hanya sedikit. Bagi masyarakat Toraja, babi merupakan hewan sangat berharga. Bahkan menjadi investasi ketika ada prosesi adat seperti Mangrara Banua. 

Pada waktu zaman dulu sebelum adanya uang, masyarakat Toraja melakukan transaksi jual beli hanya menggunakan babi. Jadi pada saat masyarakat Toraja hendak membeli sawah, dinyatakan menggunakan seekor babi.

Zaman sekarang, babi ini bisa menjadi investasi. Setiap ada orang yang memiliki acara tertentu pasti menggunakan babi. Jadi, pada saat warga menyumbangkan babi kepada penyelenggara, maka dianggap sudah berkontribusi.

Bagi masyarakat Toraja ada syukuran Mangrara Banua yang menjadi sebuah pesta besar. Sehingga tidak jarang penyelenggara menggunakan biaya sangat besar untuk melaksanakan kegiatan ini. Tradisi Mangrara Banua sendiri sudah ada sejak dulu. 

Namun untuk sekarang tradisi Mangrara Banua berlangsung selama 3 hari dan paling lama hingga sebulan. Pada waktu zaman dulu tradisi Mangrara Banua berlangsung selama setahun.

Kini Anda sudah tahu bukan mengenai seputar informasi dari tradisi Mangrara Banua Tongkonan Di Toraja. Dimana tradisi ini memang sudah ada sejak nenek moyang kita atau Aluk Todolo. Tradisi ini juga memiliki sebuah makna di semua masyarakat suku Toraja.

Post a Comment for "Mangrara Banua, Ungkapan Syukur Rumah Tongkonan di Toraja"