Sejarah Desa Adat Pallawa Toraja Utara dan Tradisi Peperangan


Desa adat Pallawa, menarik untuk Anda simak! Pallawa merupakan kawasan pedesaan yang memiliki nilai sejarah. Di sini juga menjadi tempat Tongkonan tertua, yakni rumah adat khas Sulawesi Selatan berada.

Tongkonan Pallawa merupakan salah satu rumah adat unik, terletak di antara pohon bambu pada puncak bukit. Warga asli suku Toraja menghias Tongkonan ini dengan sejumlah tanduk kerbau. Yakni menancapkannya tepat di bagian depan rumah.

Ini Dia Sejarah Desa Adat Pallawa, Salah Satu Destinasi Unik di Toraja!

Tongkonan Pallawa menjadi salah satu ikon, yang masuk dalam situs sejarah Toraja. Menurut sejarah, dulu perumahan adat ini hanya dihuni seorang laki-laki dari Gunung Sesean yakni Tomadao.

Pada masa petualangannya, laki-laki tersebut bertemu dengan seorang gadis dari Gunung Tibembeng, yang bernama Tallo' Mangka Kalena. Keduanya kemudian menikah, dan tinggal tepat di sebelah timur Desa Pallawa. Kini lebih dikenal dengan nama Kulambu. 

Dari perkawinan itu, Tomadao dan Tallo’ dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Datu Muane'. Ketika dewasa, Datu menikahi seorang wanita bernama Lai Rangri'. 
 
Kehidupan semakin berkembang, hingga mereka beranak-pinak. Kemudian berdirilah sebuah kampung untuk bermukim sekaligus benteng pertahanan.

Tongkonan Saksi Bisu Desa Adat Pallawa

Tongkonan di Pallawa, menjadi rumah adat paling tua. Rumah inilah yang menjadi tempat tinggal keturunan Tomadao, sekaligus penduduk asli kawasan tersebut. Di Pallawa sering terjadi peperangan antar kampung.

Apabila ada lawan menyerang dan dapat dikalahkan atau dibunuh, maka darahnya diambil untuk menjadi minuman. Sedangkan dagingnya dicincang dan dimakan. Hal ini sudah menjadi tradisi, dan populer dengan istilah Pa'lawak.

Tepat pada pertengahan abad XI, sesuai keputusan musyawarah adat. Warga kompak mengganti nama Pa' lawak menjadi Pallawa', sebagai kompleks perumahan adat. Sejak saat itu, bukan lagi daging manusia yang dimakan guna merayakan kemenangan. Namun sudah diganti dengan ayam.

Tongkonan Pallawa memiliki “Rante” yang bernama “Rante Pa'padanunan”, serta “Liang Tua” atau kuburan batu di Tiro Allo. Selain itu, juga dibangun lumbung atau “alang sura” tempat untuk menyimpan hasil panen padi. Ada pula pembuatan tenun tertua dengan motif aslinya.

Destinasi Unik Wisata Desa Pallawa

Memiliki nilai sejarah yang cukup kuat. Kini desa adat Pallawa menjadi tujuan wisata yang sayang untuk Anda lewatkan. Lingkungan sekitar desa sangat asri, dengan kondisi udara yang jauh dari polusi.

Untuk sampai ke daerah tersebut, pengunjung harus menempuh perjalanan kurang lebih 7 jam dari kota Makassar. Serta butuh waktu 30 menit dari Ibu Kota Toraja Utara, Rantepao. 
 
Jaraknya memang lumayan jauh, ada sekitar 12 KM. Namun tenang, akses jalan bisa dilewati kendaraan roda dua maupun empat. Desa adat Pallawa memiliki 11 Tongkonan tertua. 
 
Masing-masing Tongkonan memiliki lumbung padi yang terletak di bagian atap. Atapnya sendiri terbuat dari bambu, yang ditumbuhi tanaman liar.

Tentu sangat wajar, terlebih usia rumah Tongkonan yang sudah ratusan tahun. Struktur bangunannya sangat unik dan dibuat dengan kayu besi. Sehingga tetap kokoh hingga sekarang.

Kini, rumah Tongkonan di desa Pallawa sudah tidak berpenghuni. Karena rumah ini milik keluarga besar, sehingga tidak dapat diambil alih oleh pribadi saja. Masyarakat setempat memilih membangun rumah baru, tepat di belakang Tongkonan tersebut.

Jika datang ke desa ini, Anda juga bisa mencoba membuat tenun sendiri. Tersedia banyak souvenir seperti gelang, ukiran, senjata hingga kopi Toraja untuk oleh-oleh. 
 
Tentu semakin asyik berlibur, sekaligus mengenal sejarah dan kebudayaan desa adat Pallawa. Semoga informasi ini bermanfaat!

Post a Comment for "Sejarah Desa Adat Pallawa Toraja Utara dan Tradisi Peperangan"