Mengenal 4 Kebudayaan Suku Toraja Yang Menarik


Mengenal 4 Kebudayaan Suku Toraja - Suku Toraja adalah suku bangsa yang mendiami pegunungan di bagian utara Provinsi Sulawesi Selatan. Dengan jumlah penduduk sekitar 1 juta jiwa, sekitar 500 ribu di antaranya masih tinggal di wilayah Kabupaten Tana Toraja, Kabupaten Toraja Utara, dan juga Kabupaten Mamasa. 

Saat ini mayoritas masyarakat Toraja memeluk agama Kristen, sementara sebagian lainnya memeluk agama Islam, dan juga kepercayaan asli nenek moyang Suku Toraja dikenal dengan sebutan Aluk Todolo. Sejak tahun 1970, Aluk Todolo telah menjadi agama yang sudah diakui negara sebagai bagian dari sebuah sekte Hindu-Bali. 

Mengenai Kebudayaan Suku Toraja terkenal dengan berbagai ritual pemakaman, rumah tradisional tongkonan, dan ukiran kayu. Namun disini kita akan membahas secara khusus adat dan tradisi Toraja mengenai ritual pemakaman, perayaan, dan sejenisnya.

Berikut Ini Kebudayaan Suku Toraja Yang Menarik

Ukiran Kayu

Melihat Rumah Adat Tongkonan Toraja, yang sangat menarik adalah ragam gambar dan simbol yang diukir menghiasi seluruh bagiannya. Ukiran tersebut untuk menunjukkan konsep keagamaan dan sosial suku Toraja yang disebut Pa'ssura (Penyerahan). 
 
Oleh karena itu, ukiran kayu tersebut merupakan perwujudan budaya Suku Toraja. Pola ukiran tersebut memiliki makna dengan persentase tertentu dari simbol-simbol dari pemilik atau rumpun keluarga yang memiliki nilai magis. 

Ukiran Toraja diyakini memiliki kekuatan alam atau supranatural tertentu. Diperkirakan tidak kurang dari 67 jenis ukiran dengan berbagai corak dan makna. Warna dominan merah, kuning, putih dan hitam. 
 
Semua sumber warna berasal dari tanah liat yang disebut Litak kecuali warna hitam yang berasal dari jelaga atau juga bagian di dalam pisang muda. Pencipta asli ukiran magis ini diyakini berasal dari Ne' Limbongan yang simbolnya adalah lingkaran yang dibatasi oleh bujur sangkar yang berarti mata angin.

Upacara Pemakaman (Rambu Solo)

Di Toraja, tradisi menghormati kematian ini dikenal dengan sebutan upacara Rambu Solo. Kesamaan ketiganya: ritual upacara kematian dan penguburan jenazah. 
 
Di Tana Toraja sendiri, ada dua upacara adat besar, yaitu Rambu Solo' dan Rambu Tuka. Rambu Solo' adalah upacara pemakaman, sedangkan Rambu Tuka adalah upacara adat untuk menyelamatkan rumah adat yang baru, atau yang baru saja direnovasi.

Musik Dan Tarian

Suku Toraja menampilkan tarian dalam beberapa acara, kebanyakan dalam upacara pemakaman. Mereka menari untuk menunjukkan belasungkawa, serta untuk menghormati dan menyemangati arwah orang yang telah meninggal karena arwah tersebut akan menjalani perjalanan panjang menuju alam baka. 
 
Pertama-tama, sekelompok pria membentuk lingkaran dan menyanyikan lagu sepanjang malam untuk menghormati almarhum (ritual ini disebut Ma'badong). 

Ritual dianggap sebagai komponen terpenting dalam upacara pemakaman. Pada hari kedua pemakaman, tarian prajurit Ma'randing ditampilkan untuk memuji keberanian almarhum selama hidupnya.

Tongkonan

Rumah adat Toraja disebut Tongkonan. Tongkonan sendiri memiliki arti tongkon “duduk”, dimana “an” bisa dikatakan tempat duduk tetapi bukan tempat duduk dalam arti yang sebenarnya melainkan tempat masyarakat di desa untuk berkumpul, berdiskusi, dan menyelesaikan masalah adat. 
 
Hampir semua rumah Toraja menghadap ke utara, menghadap Puang Matua sebagaimana orang Toraja menyebut Tuhan Yang Maha Esa. 

Selain untuk menghormati leluhur dan dipercaya mendapatkan berkah di dunia ini. Daerah Tana Toraja umumnya merupakan tanah pegunungan kapur dan batu alam dengan ladang dan hutan yang masih luas, di lembahnya terdapat hamparan persawahan. 
 
Tongkonan sendiri merupakan rumah panggung yang dibangun dari kombinasi kayu gelondongan dan papan. Jika diperhatikan, denahnya berbentuk persegi panjang mengikuti bentuk praktis dari material kayu. 

Bahan kayunya adalah kayu uru, sejenis kayu lokal yang berasal dari Sulawesi. Kualitas kayunya cukup bagus dan bisa ditemukan di hutan-hutan di daerah Toraja. Kayu dibiarkan tak tersentuh tanpa cat atau pernis. 
 
Rumah Toraja/Tongkonan ini terbagi menjadi 3 bagian, pertama bagian bawah (Sulluk Banua), bagian kedua ruangan (Kale Banua) dan bagian atap (Ratiang Banua). 

Pada bagian atapnya, bentuknya melengkung seperti tanduk kerbau. Di sisi barat dan timur bangunan terdapat jendela-jendela kecil, tempat masuknya sinar matahari dan angin. 
 
Berlatar belakang arsitektur rumah adat Toraja mengenai falsafah hidup yang menjadi landasan budaya Toraja itu sendiri.

Post a Comment for "Mengenal 4 Kebudayaan Suku Toraja Yang Menarik"