Tradisi Ma’Nene, Salah Satu Ritual Adat Istiadat Di Toraja

 
Tradisi Ma’Nene, Salah Satu Ritual Adat Istiadat Di Toraja - Toraja mempunyai pesona alam dan budaya yang sangat luar biasa. Daerah pemilik rumah adat Tongkonan ini memiliki ritual budaya yang berbeda-beda. Rambu Solok dan Rambu Tukak adalah ritual populer yang ada di Toraja. Namun, ada ritual di Toraja yang beritanya tersebar di seluruh dunia berkat keunikannya, yaitu ritual Ma'nene.
 
Tradisi ma'nene merupakan ritual yang mengandung nilai nilai budaya yang sudah sangat mendunia yang pastinya memiliki tujuan, Penduduk setempat percaya bahwa leluhur yang telah meninggal harus dihormati dengan menggali kuburan mereka, mengganti pakaian mereka, dan mengajak mereka berjalan-jalan di sebuah festival.

Tradisi Ma’nene, yaitu mengubah tubuh dalam bahasa Toraja. Prosesi adat ini diawali dengan kunjungan ke situs pemakaman leluhur yang disebut Patane. Jasad yang disimpan di sana bisa bertahan ratusan tahun, karena diberi bahan pengawet.

Tahap selanjutnya adalah menggali kubur, kemudian mengganti pakaian lama yang sudah usang. Tubuh pria akan memakai jas lengkap mulai dari dasi hingga kacamata, sedangkan untuk tubuh wanita akan dikenakan gaun pengantin. Namun sebelum itu, jenazah harus terlebih dahulu dibersihkan dan didoakan, menurut adat setempat.

Apa Itu Tradisi Atau Ritual Ma’Nene ?

Ritual Ma'nene merupakan kelanjutan dari upacara Rambu Solok. Sementara Rambu Solok hanya identik dengan kesedihan, Rambu Tukak menggambarkan kebahagiaan dan kegembiraan. Bagi masyarakat Toraja, ritual Ma'nene ini merupakan simbol antara Rambu Solok dan Rambu Tukak. Perasaan senang dan sedih tergambar saat melakukan ritual tMa'nene ini.

Penggantian jenazah para leluhur. Simbol ikatan keluarga yang tak terputus antara kakek-nenek yang sudah meninggal dan cucu yang masih hidup.

Mereka juga percaya bahwa jika mereka berbuat baik kepada nenek moyang mereka dengan memenuhi semua kebutuhan nenek moyang mereka, hal yang sama akan kembali kepada mereka yang masih hidup. “Oleh karena itu, nenek moyang akan mudah memberikan rezeki dan kesenangan bagi keturunannya,” kata Harun Kadir dalam “Aspek Megalitik Toraja, Sulawesi Selatan” dalam makalahnya pada Pertemuan Ilmiah Arkeologi di Cibulan, 21-25 Februari. 1977.

Berdasarkan kepercayaan ini, mereka yang masih hidup berusaha untuk melestarikan jenazah leluhur dalam kondisi terbaiknya. Makanan enak, ternak gemuk, dan pakaian bagus. Sedangkan untuk makanan dan ternak, biasanya hanya disajikan pada saat upacara pemakaman. Namun khusus untuk pakaian, diadakan setiap tahun.

Upacara Ma'nene mulai berubah dengan masuknya agama Kristen dan Katolik ke tanah Toraja pada abad ke-17. Orang Toraja yang masuk Kristen dan Katolik mulai meninggalkan ritual ini. Tetapi segelintir kecil lainnya masih melaksanakannya dengan beberapa perubahan. Hal ini misalnya dilakukan oleh masyarakat lokal Baruppu, di Toraja Utara.

Masyarakat Baruppu jaman dulu tidak mempermasalahkan kain apa yang akan menggantikan pakaian jenazah tersebut. Namun kini masyarakat Baruppu memilih jenis kain. “Mereka percaya bahwa semakin tinggi derajat sebuah keluarga, semakin mahal jenis kain yang mereka gunakan untuk membungkus mayat.

Waktu pelaksanaan juga disesuaikan dengan musim tanam setempat. Ma’nene harus dilaksanakan sebelum dimulainya musim tanam atau setelah padi dipotong. Nanti hasil panennya akan digunakan sebagai biaya prosesi itu.

Keunikan tradisi ini di Toraja telah menarik perhatian media asing, termasuk Daily Mail. Media Inggris bahkan memberikan liputan langsung yang menyoroti tahapan festival Ma’nene secara rinci.

Istimewanya, selain untuk mengenang dan memberikan penghormatan, anggota keluarga berfoto bersama jenazah para leluhur. Anda juga bisa memotret diri anda bersama mayat. Pastinya pengalaman seru dan unik yang tidak boleh Anda lewatkan.

Setelah itu, jenazah yang bersih dan rapi ditaruh di peti mati. Perbedaan liang merupakan tanda kedudukan sosial orang Toraja. Kuburan batu di atas bukit menunjukkan bahwa dia adalah seorang bangsawan. Sementara itu, masyarakat biasa berada di kompleks perumahan kuburan Patane

Ritual ini telah dilakukan selama ratusan tahun. Itu berawal ketika pemburu hewan Pong Rumasek menemukan mayat di tengah jalan. Dia kemudian mengurus tulang yang tersisa. Mengenakan pakaian yang ia kenakan. Dikatakan bahwa ketika dia berburu, dia mudah mendapatkan binatang. Sehingga hasil panennya melimpah. Di sinilah Tradisi Ma’nene diadakan setiap 3 tahun sekali.

Post a Comment for "Tradisi Ma’Nene, Salah Satu Ritual Adat Istiadat Di Toraja"