Tau-Tau, Patung Replika Orang Meninggal di Tanah Toraja
Tau-Tau, Patung Replika Orang Meninggal di Tanah Toraja - Selain Rambu Solok, Tana Toraja memiliki tradisi unik membuat replika orang yang sudah mati yang diukir dari kayu. Patung-patung mini ini pun akan dibuat semirip mungkin. Untuk setiap orang yang meninggal dunia, paling tidak akan dibuatkan satu Tau Tau sesuai dengan status sosialnya di masyarakat.
Tau-Tau adalah simbol orang yang telah meninggal. Tidak bisa sembarang orang untuk membuat patung Tau-Tau ini. Dan juga, peletakan Tau-Tau harus berdekatan dengan jenzah.
Menurut kepercayaan, melalui patung ini, hubungan yang terjalin tetap permanen bahkan setelah kepergiannya. Namun, nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Tau-Tau kini mulai memudar. Bahkan lambang patung dari orang yang sudah meninggal ini pun kini menjadi aksesori yang beredar untuk diperjualbelikan.
Tau Tau, Patung Orang Meninggal Di Tanah Toraja
Wajah patung Tau-Tau dibuat sedemikian rupa. Wajah tua itu mencerminkan saat mayat itu meninggalkan dunia. Tau-Tau ditempatkan di kuburan batu, gua atau rumah kayu tempat jenazah dimakamkan. Penempatannya disesuaikan dengan status sosial, baik dari kalangan bangsawan maupun dari kalangan rakyat biasa.
Bagi mereka yang berstatus sosial rendah, Tau-Tau biasanya terbuat dari bambu, sedangkan untuk kalangan menengah, Tau-Tau nya terbuat dari kayu cendana atau kayu rando. Berbeda untuk kalangan atas atau bangsawan, Kayu nangka merupakan bahan utama untuk membuat Tau-tau. Variasi tanduk atau tulang kerbau sering digunakan sebagai komponen penyusun untuk bola mata.
Orang Toraja memiliki kepercayaan yang disebut Aluk Todolo. Siapapun yang mati akan masuk ke Poyo, dunia tempat berkumpulnya semua jiwa, kata Aluk Todolo. mereka baru bisa memasuki Poyo jika telah melewati semua upacara pemakaman yang sesuai dengan status sosial mereka.
Hal inilah yang menjadikan Tau-Tau sebagai ritual wajib dan tentunya di sesuaikan dengan status sosial masing-masing. Pasalnya, kegagalan ritual akan mengakibatkan jiwa terdampar atau tersesat di antara dua dunia.
Itulah sebabnya masyarakat Tana Toraja selalu mengadakan upacara pemakaman dengan hati-hati dan harus sempurna sebagai salah satu Budaya Dan Suku Toraja. Sementara itu, penciptaan Tau-Tau orang yang meninggal sangat penting untuk siklus semua orang yang meninggal di Tana Toraja.
Jika dikutip dari laman kemdikbud.id, warga Toraja saat ini sudah mempermudah proses pembuatan Tau-Tau. Mulai dari peralatan hingga ritual. Perubahan makna ini berarti Tau-Tau tidak lagi dijunjung tinggi di Rambu Solo'. Demikian pula dalam hal penampilan fisik, Tau-Tau kuno menampilkan ekspresi wajah yang abstrak. Aksesoris emas asli dan cara mengukirnya masih menggunakan alat sederhana.
Berbeda dengan Tau-Tau baru yang sudah banyak mengalami perubahan. Misalnya, ekspresi wajah yang persis sama dengan mayatnya, aksesorisnya tidak lagi berwarna emas, dan cara pembuatannya menggunakan peralatan canggih. Generasi Tau-Tau yang baru bahan utama pembuatannya juga sudah berbeda. Dulu, tau tau menggunakan kayu nangka asli Toraja, tapi sekarang kayu nangka sudah didatangkan dari luar Toraja.
Proses dari pembuatan Tau-Tau harus mengikuti langkah-langkah yang benar dan menjalani ritual khusus. Termasuk menebang pohon untuk kayu. Melanjutkan proses pemahatan, perajin juga perlu bekerja dekat dengan tubuh orang yang sudah wafat tersebut.
Sebagai dari upacara pemakaman, Tau-Tau didandani dengan pakaian adat. Tau-Tau laki-laki memakai kain sarung, sedangkan Tau-Tau perempuan memakai blus tradisional "kebaya". Hiasan untuk kepala Tau-tau tersebut juga wajib ada. Serta sebuah dompet yang berisi kepingan perak, emas, pisau keramat dan warisan lainnya yang nilainya terkait erat dengan ketuhanan dan juga kerajaan.
Mungkin hnaya ini yang bisa berikan mengenai ulasan singkat mengenai Tau-Tau, Patung Replika Orang Meninggal di Tanah Toraja, Semoga bermanfaat.
Post a Comment for "Tau-Tau, Patung Replika Orang Meninggal di Tanah Toraja"
Post a Comment