Rumah Adat Toraja, Sejarah Dan Keunikannya

Rumah Adat Toraja, Sejarah Dan Keunikannya - Sulawesi Selatan memiliki berbagi macam budaya yang mempengaruhi rumah adat. Suku Toraja memiliki rumah adat yang unik yaitu Tongkonan. Berikut ini penjelasan mengenai rumah adat Toraja.

Apakah Anda tahu rumah adat Toraja?


Kabupaten Tana Toraja adalah sebuah kabupaten di provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibukota Kabupaten Tana Toraja terletak di Kecamatan Makale.

Kabupaten Tana Toraja diketahui memiliki luas wilayah sekitar 2.054,30 km² dan juga  jumlah penduduk terakhir kali di data adalah sebanyak 288.202 jiwa. Pastinya Anda sudah tidak asing lagi dengan budaya Toraja yang banyak diliput oleh media, terutama terkait dengan perayaan Rambu Solo.

Bahkan, keunikan budaya Toraja menarik perhatian wisatawan domestik maupun mancanegara. Namun, tak hanya menarik melihat aktivitas warga nya, rumah adatnya juga tak kalah menarik.

Atap rumah Tongkonan seperti perahu. Berdasarkan buku "Nilai-Nilai Luhur Arsitektur Rumah Adat Tongkonan Toraja", Nama Tongkonan diambil dari bahasa Toraja. Tongkon artinya duduk. Sedangkan Tongkon dalam arti luas adalah tempat mendengarkan perintah dan nasehat untuk memecahkan suatu masalah.

Rumah Adat Toraja dan Sejarahnya

Pada masa lalu, rumah adat suku Toraja digunakan sebagai pusat pemerintahan adat dan kesatuan suku Toraja. Masyarakat Toraja juga membedakan tingkatan rumah Tongkonan berdasarkan fungsinya, antara lain Tongkonan Layuk dan Tongkonan Pekamberan.

Dua tingkatan di rumah ini adalah tingkat tertinggi. Tongkonan berfungsi sebagai pusat kekuasaan adat dan mempererat persatuan suku Toraja.

Tongkonan diberikan Layuk dan Pekamberan melalui upacara adat. Upacara adat dilakukan selama tiga hari dengan persembahan darah hewan seperti kerbau, babi dan ayam.

Keunikan Rumah Adat Toraja

Jika Anda berkunjung ke Tana Toraja, Sulawesi Selatan, tampilan rumah adat Tongkonan pasti menjadi pemandangan yang unik dan tidak biasa.

Kata Tongkonan berasal dari kata tongkon yang artinya tempat duduk atau menduduki.

Sementara ma'tongkon duduk bersama.

Oleh karena itu, Tongkonan merupakan tempat tinggal para pemuka adat sekaligus tempat berkumpulnya keluarga dan kerabat.

Berdasarkan buku Injil dan Tongkonan: Inkarnasi, Kontekstualisasi, Transformasi (2008) karya Theodorus Kobong, ada pasangan suami istri yang awalnya membangun rumah untuk ditinggali bersama anak dan cucunya.

Rumah tersebut kemudian dijadikan tongkonan bagi cucu-cucu pasangan suami istri tersebut.

Sebab itulah, Tongkonan tidak bisa diklaim ataupun dimiliki sendiri-sendiri. Namun diturunkan secara turun temurun melalui garis keturunan keluarga suku Toraja.

Nah, masih ada keunikan lainnya dari rumah adat Toraja. Mari simak keunikan lainnya berikut ini.

1. Sejarah Pembuatan Tongkonan

Tongkonan adalah rumah panggung berbentuk persegi panjang dengan atap seperti perahu menggunakan buritan.

Namun ada juga yang menyamakan atap rumah adat Toraja dengan tanduk kerbau. Atapnya terbuat dari daun kelapa atau daun nipah dan dapat bertahan hingga 50 tahun jika dirawat dengan baik dan benar.

Dari buku berjudul Arsitektur Benteng dan Rumah Adat di Sulawesi (2018) karya Kasdar, sejarah pembuatan Tongkonan diawali dengan diperkenalkannya rumah berdinding miring dan beratap daun.

Selain itu, masyarakat mengenal periode pilar segitiga yang dikenal sebagai periode transisi ke periode pengenalan empat kutub.

2. Kuat Bertahan Untuk Ratusan Tahun

Sepintas, rumah adat Toraja ini terlihat seperti kapal kerajaan Cina. Dahulu, rumah Tongkonan hanya untuk kepala atau raja dan keturunannya.

Rumah adat ini dikenal awet dan bisa bertahan hingga ratusan tahun. Ini karena Tongkonan terbuat dari bahan pilihan. Misalnya, kayu besi atau kayu aru berusia 10 tahun. cara menebangnya pun dilakukan dengan cara adat.

3. Berpasangan Dengan Alang Sura'

Tongkonan terdiri dari panwa surah atau rumah ukir dan rumah induk atau lumbung ukir. Itu dianggap sebagai simbol suami dan istri.

Kadang-kadang rumah Tongkonan dilengkapi dengan lumbung yang tidak berukir seperti limba dan rumah besar yang didasarkan pada panggung.

Banua dan alang berperan sebagai pengganti orang tua. Banua dilambangkan dengan ibu yang melindungi anaknya. Sedangkan Alang melambangkan ayah yang menjadi tulang punggung keluarga.

Post a Comment for "Rumah Adat Toraja, Sejarah Dan Keunikannya"